Selasa, 20 Desember 2016

RESIKO DAN TINGKAT PENGEMBALIAN

1     PENGERTIAN RISIKO DAN TINGKAT PENGEMBALIAN
Risiko dapat dikatakan sebagai suatu peluang terjadinya kerugian atau kehancuran. Lebih luas, risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya hasil yang tidak diinginkan atau berlawanan dari yang diinginkan. Dalam industri keuangan pada umumnya, terdapat suatu jargon “high risk bring about high return”, artinya jika ingin memperoleh hasil yang lebih besar, akan dihadapkan pada risiko yang lebih besar pula. Contohnya dalam investasi saham. Volatilitas atau pergerakan naik-turun harga saham secara tajam akan membuka peluang untuk memperoleh hasil yang lebih besar, namun sebaliknya, jika harga bergerak ke arah yang berlawanan, maka kerugian yang akan ditanggung sangat besar.
 Sedangkan pengembalian adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan, individu dan institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukan.
Jadi, risiko dan tingkat pengembalian adalah kondisi yang dialami oleh perusahaan, institusi, dan individu dalam keputusan investasi yaitu, baik kerugian maupun keuntungan dalam suatu periode akuntansi.
Adapun hubungan  antara risiko dengan tingkat pengembalian adalah:
1.    bersifat linear atau searah
2.    Semakin tinggi tingkat pengembalian maka semakin tinggi pula risiko
3.    Semakin besar asset yang kita tempatkan dalam keputusan investasi maka semakin besar pula risiko yang timbul dari investasi tersebut.
4.    Kondisi linear hanya mungkin terjadi pada pasar yang bersifat normal.
2    HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN RISIKO DAN TINGKAT PENGEMBALIAN
Menurut Paul L. Krugman dan Maurice Obstfeld, bahwa pada kenyataanya, seorang investor yang netral terhadap risiko cenderung mengambil posisi agresif maksimum. Ia akan membeli sebanyak mungkin aset yang menjanjikan hasil tinggi dan menjual sebanyak mungkin aset yang hasilnya lebih rendah. Perilaku inilah yang menciptakan kondisi paritas suku bunga. Adapun karakteristik tersebut secara umum dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
1.    Takut pada risiko (RISK AVOIDER)
Karakteristik ini di mana sang decision maker sangat hati-hati terhadap keputusan yang diambilnya bahkan ia cenderung begitu tinggi melakukan tindakan yang sifatnya mengindari risiko yang akan timbul jika keputusan diaplikasikan. Karakter pebisnis yang melakukan tindakan seperti ini disebut dengan safety player.

2.    Hati-hati pada risiko (RISK INDIFFERENCE)
Karakteristik ini di mana sang decision maker sangat hati-hati atau begitu menghitung terhadap segala dampak yang akan terjadi jika keputusan diaplikasikan. Bagi kalangan bisnis, mereka menyebut orang dengan karakter seperti ini secara ekstrem disebut sebagai tipe peragu.
3.    Suka pada risiko (RISK SEEKER atau RISK LOVER)
Karakteristik ini adalah tipe yang begitu suka pada risiko. Mereka terbiasa dengan spekulasi dan itu pula yang membuat penganut karakteristik ini selalu saja ingin menjadi pemimpin dan cenderung tidak ingin menjadi pekerja. Mental risk seeker adalah mental yang dimiliki oleh pebisnis besar dan juga pemimpin besar. Karakter ini yang paling mendominasi jika dilihat dari kedekatannya pada risiko
3     TIPE – TIPE RISIKO
a.    Pure Risk (Risiko Murni)
suatu ketidakpastian terjadi, maka kejadian tersebut pasti menimbulkan kerugian. Risiko murni dapat dikelompokkan menjadi 3 tipe risiko, yaitu:
  • Risiko aset fisik:  risiko yang berakibat timbulnya kerugian pada aset fisik suatu perusahaan/organisasi. Contoh: kebakaran, banjir, gempa, tsunami, gunung meletus, dll.
  • Risiko Karyawan: risiko yang disebabkan karena apa yang dialami oleh karyawan yang bekerja di suatu perusahaan atau organisasi. Contoh : kecelakaan kerja yang menyebabkan terganggunya aktivitas perusahaan.
  • Risiko Legal : risiko dalam bidang kontrak yang mengecewakan atau kontrak tidak berjalan sesuai dengan rencana. Contoh : perselisihan dengan perusahaan lain sehingga adanya persoalan seperti penggantian kerugian.


b.    Speculative Risk (Risiko Spekulatif)
Suatu ketidakpastian akan terjadinya untung atau rugi. Risiko ini dapat dikelompokkan menjadi 4 tipe yaitu:
  • Risiko Pasar: risiko yang terjadi dari pergerakan harga pasar. Contoh: harga saham mengalami penurunan sehingga menimbulkan kerugian.
  • Risiko kredit: risiko yang terjadi karena counter party gagal memenuhi kewajibannya kepada perusahaan. Contoh : timbulnya kredit macet, persentase piutang meningkat.
  • Risiko likuiditas: risiko karena ketidakmampuan memenuhi kebutuhan kas. Contoh: kepemilikan kas menurun, sehingga tidak mampu membayar hutang secara tepat, menyebabkan perusahaan harus menjual aset yang dimilikinya.
  • Risiko operasional: risiko yang disebabkan pada kegiatan operasional yang tidak berjalan lancar. Contoh: terjadi kerusakan pada komputer karena berbagai hal termasuk terkena virus.

c.    Static Risk (Risiko Statis)
Mungkin sifatnya murni atau spekulatif  asalnya dari masyarakat yang tidak berubah yang berada dalam keseimbangan stabil. Contoh : ketidakpastian terjadinya sambaran petir.

d.    Dynamic Risk (Risiko Dinamis)
Mungkin sifatnya murni atau spekulatif  timbul  dari perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Contoh : urbanisasi, perkembangan teknologi.

e.    Subjective Risk (Risiko Subyektif)
Berkaitan dengan kondisi mental seseorang yang mengalami keragu-raguan dan kecemasan akan terjadinya kejadian tertentu.

f.     Objective Risk (Risiko Obyektif)
probabilitas penyimpangan aktual dari yang diharapkan sesuai dengan pengalaman.


 4     SUMBER – SUMBER RISIKO
Menurut Eduardus Tandelilin, sumber-sumber risiko adalah :
  • Risiko suku bunga. Naik turunnya suku bunga perbankan akan mempengaruhi keputusan publik dalam menetapkan keputusannya. Jika suku bunga naik maka publik akan menyimpan dananya di bank seperti dalam bentuk deposito, namun jika turun maka publik akan menggunakan dananya untuk membeli saham.
  • Risiko pasar. Kondisi risiko pasar dapat dilihat pada saat fluktuasi pasar, krisis moneter, dan resesi ekonomi.
  • Risiko Inflasi. Saat inflasi daya beli masyarakat turun, sedangkan saat normal daya beli masyarakat naik.
  • Risiko Bisnis.
  • Risiko Finansial.
  • Risiko Likuiditas.
  • Risiko Nilai tukar mata uang
  • Risiko Negara. Berkaitan dengan keadaan politik

5    PERHITUNGAN RISIKO
Sekedar informasi bahwa risiko yang terkecil itu adalah obligasi (bond) yang dijual oleh pemerintah. Sedangkan risiko yang tertinggi adalah saham yang dijual oleh perusahaan. Ada model perhitungan risiko yang paling sering dipergunakan khususnya dalam investasi, yaitu secara standar deviasi dan varian. Untuk melengkapi perhitungan ini agar lebih komprehensif, terutama jika timbul suatu persoalan seperti penyebaran return yang diharapkan sangat besar, maka dipergunakan perhitungan tambahan dengan menggunakan coefficient of variation atau risiko relatif.
  • Standar deviasi atau simpangan baku adalah suatu estimasi probabilitas perbedaan return nyata dari return yang diharapkan.
  • Varian (nilai kuadrat dari standar deviasi) adalah :
  • Dalam statistik, varian adalah ukuran penyerapan dari penyebaran probabilitas. Hal ini merupakan pangkat dua deviasi standar. Misalnya, bila standar deviasinya 20, maka variannya adalah 400.
  • Selisih pendapatan, biaya, dan keuntungan terhadap jumlah yang direncanakan. Varian dihitung pada pusat pertanggungjawaban, penganalisisan. Dan varian yang tidak menguntungkan, diselidiki untuk mencari kemungkinan perbaikan.

6   PERHITUNGAN TINGKAT PENGEMBALIAN

Perhitungan Expected Retun Pada Sekuritas
Untuk menghitung return yang diharapkan dari suatu sekuritas yang harus dipahami oleh seorang investor adalah dengan memahami probabilitas dari kejadian yang akan terjadi.

7   MODEL YANG DI GUNAKAN DALAM RISIKO DAN TINGKAT
PENGEMBALIAN

i.        CAPM (Capital Asset Pricing Model)
        Menurut William F. Sharpe, CAPM atau model penentuan  harga aset modal adalah model penetapan harga aktiva equilibrium yang menyatakan bahwa expected return atas sekuritas tertentu adalah fungsi linier positif dari sensitifitas sekuritas terhadap perubahan return portofolio. CAPM menjelaskan hubungan antara return dengan beta (β). Beta menunjukkan hubungan (gerakan) antara saham dan pasarnya (saham secara keseluruhan).Besarnya risiko perusahaan ditentukan oleh beta.
        β>1 menunjukkan harga saham perusahaan lebih mudah berubah dibandingkan indeks pasar. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi saham menjadi lebih berisiko, artinya jika saat terjadi perubahan pasar 1% maka pada saham X akan mengalami perubahan lebih besar dari 1%.
        β<1 menunjukkan tidak terjadinya kondisi yang mudah berubah berdasarkan kondisi pasar.
        β=1 menunjukkan bahwa kondisinya sama dengan indeks pasar.

ii.    APT ( Arbitrage Pricing Theory)

APT merupakan teori yang dikembangkan oleh Stephen A. Ross pada tahun 1976 dimana beliau menyatakan bahwa harga suatu aktiva bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor.

8   PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM BERBAGAI KONDISI
Tindak lanjut dalam bidang investasi yang terpenting adalah pengambilan keputusan (decision making). Ada berbagai kondisi yang sering muncul dalam pengambilan keputusan namun secara umum dapat dibagi menjadi tiga saja, yaitu:

1)        Kondisi pasti
Dalam kondisi pasti proses pengambilan keputusan yang dilakukan adalah berlangsung tanpa ada banyak alternatif, keputusan yang diambil sudah jelas pada fokus yang dituju. Ada beberapa teknik yang  bisa dipergunakan sebagai penyelesaian pengambilan keputusan dalam kondisi pasti ini, yaitu menggunakan program linier atau secara aljabar linier, dan analisis jaringan kerja.

2)    Kondisi Tidak Pasti
Pada kondisi seperti ini proses lahirnya keputusan lebih sulit atau lebih kompleks dalam artian keputusan yang dibuat belum diketahui nilai probabilitas atau hasil yang mungkin diperoleh. Situasi seperti ini dimungkinkan sekali terjadi dikarenakan minimnya informasi  yang diperoleh baik informasi yang sifatnya hasil penelitian maupun rekomendasi lisan yang bisa dipercaya. Untuk menghindari timbulnya masalah dalam situasi yang tidak pasti seperti ini adalah sebaiknya melakukan riset terlebih dahulu, mencari informasi sebanyak mungkin dan mempergunakan beberapa metode pengambilan keputusan yang paling sesuai dengan setiap kondisi masalah yang  mungkin timbul. Hal ini dapat menggunakan:
  • metode laplace → proses pengambilan keputusan dengan asumsi bahwa probabilitas terjadinya berbagai kondisi adalah sama besarnya.
  • Metode maximax → proses pengambilan keputusan dengan hanya mengutamakan hasil yang paling optimistik dan mengabaikan sisi lain yang mungkin terjadi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar