Pengertian
Manajemen
Kata Manajemen
berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni
melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan
diterima secara universal. Mary Parker
Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan
pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer
bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.
Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai
sasaran secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai
sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada
dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
2.2
Sejarah Manajemen
Beberapa orang melihat
sejarah manajemen (dengan definisi) sebagai konseptualisasi modern yang
terlambat (dalam hal modernitas yang terlambat). Dalam istilah tersebut
manajemen tidak memiliki sejarah pra-modern, hanya merupakan pertanda. Beberapa
orang lainnya, mendeteksi aktivitas mirip-manajemen di masa pra-modern akhir.
Perkembangan pemikiran manajemen pada pedagang-pedagang Sumeria dan pembangun
piramid Mesir yaitu para pemilik budak selama berabad-abad menghadapi
permasalahan eksploitasi/memotivasi budak yang bergantung namun terkadang suka
melawan (memaksa otoritas), namun banyak perusahaan pra-industri dengan skala
mereka yang kecil, tidak merasa terdorong untuk menghadapi permasalahan
manajemen secara sistematis. namun, inovasi seperti penyebaran sistem angka
Hindu-Arab (abad ke-5 hingga ke-15) dan kodifikasi kesekretariatan entri ganda
(1494) menyediakan perangkat untuk penilaian, perencanaan dan kendali
manajemen.
Abad
19
Bidang pelajaran manajemen berkembang dari ekonomi
dalam abad 19.
Pelaku Ekonomi
klasik Adam Smith
dan John
Stuart Mill memberikan teori teori pengaturan sumber
daya, produksi
dan penetapan harga. Pada saat yang hampir bersamaan, penemu seperti Eli Whitney, James Watt,
dan Matthew
Boulton mengembangkan teknik produksi seperti Penetapan
standar, prosedur kontrol kualitas, akuntansi biaya, penukaran
bahan, dan perencanaan kerja.
Pada pertengahan abad 19, Robert Owen, Henry Poor, dan M. Laughlin dan lain-lain memperkenalkan elemen manusia dengan teori pelatihan, motivasi,
struktur organisasi dan kontrol pengembangan pekerja.
Pada akhir abad 19, Pelaku ekonomi marginal Alfred Marsall dan Leon Walras dan lainnya memperkenalkan lapisan baru yang kompleks ke teori manajemen. Pada 1900an manajer mencoba mengganti teori mereka secara keseleruhan berdasarkan sains.
Abad
20
Teori pertama tentang manajemen yang lengkap
muncul sekitar tahun 1920.
Orang seperti Henry Fayol dan Alexander Church menjelaskan beberapa cabang dalam manajemen dan hubungan
satu sama lain.
Peter Drucker menulis salah satu buku paling awal tentang manajemen
terapan: “Konsep Korporasi” (Concept of the Corporation), diterbitkan
tahun 1946.
Buku ini muncul atas ide Alfred Sloan (chairman dari General Motors) yang menugaskan penelitian tentang organisasi.
H. Dodge, Ronald Fisher,
dan Thorton C Fry memperkenalkan teknik statistika ke
dalam manajemen. Pada tahun 1940an, Patrick Blackett mengkombinasikan teori
statistika dengan teori mikroekonomi dan lahirlah ilmu riset operasi. Riset operasi, sering dikenal dengan “Sains Manajemen”,
mencoba pendekatan sains untuk menyelesaikan masalah dalam manajemen, khususnya
di bidang logistik dan operasi.
Mendekati akhir abad 20, manajemen terdiri
dari beberapa bidang terpisah, termasuk:
- Manajemen Sumber Daya Manusia
- Manajemen Operasi atau Produksi
- Manajemen Strategi
- Manajemen Pemasaran
- Manajemen Keuangan
- Manajemen Informasi Teknologi
2.3 Perkembangan
Awal Teori Manajemen
Ada dua tokoh manajemen ,yang mengawali munculnya
manajemen ilmiah, yang akan dibahas disini, yaitu: Robert Owen
dan Charles Babbage .
Robert Owen (
1771-1858)
Pada
permulaan tahun 1800 an Robert Owen,
seorang manajer beberapa pabrik pemintalan kapas di New Lanark Skotlandia. Menekankan penting unsur manusia dalam
produksi. Dia membuat perbaikan-perbaikan dalam kondisi kerja, seperti
pengurangan hari kerja standar,pembatasan anak-anak dibawah umur yang bekerja,
membagun perumahan yang lebih baik bagi karayawan dan mengoperasikan toko
perusahaan yang menjual barang barang dengan murah.
Table
1.1.: Sejarah Perkembangan Teori Manajemen
Periode
Waktu
|
Aliran
Manajemen
|
Kontributor
|
1870-1930
|
Manajemen
Ilmiah
|
Fedrick w
taylor
Frank dan
Lilian Gilbreth
Henry
Gannt
Harington
Emerson
|
1900-1940
|
Teori
|
Henti
Fayol
Jame J
Mooney
|
1930-1940
|
Hubungan
manusiawi
|
Hawthorne
Studies
Eltion
Mayo
Fritz
Roenhlisberger
Hugo
Monsterberg
|
1940-
Sekarang
|
Manajemen
Modern
|
Abraham
Maslow Chris Argyris, Douglas Mcgregor, Edgar schien, David Mcclelend, Robert
Blake dan Jane Mauton , Ernest Dale, Peter Drucker dan sebagai nya, serta
ahli - ahli operation research( Management science)
|
Charles
Babbage (1792-1871 )
Charles Babbge, seorang profesor matematika dari inggris,
mencurahkan banyak wktunya untuk membuat operasi-operasi pabrik menjadi lebih
efisien. Babbge adalah pengajur
pertama prinsip pembagian kerja melalui spesifikasinya.
2.4 Prinsip
dan Fungsi Manajemen
Prinsip manajemen
Prinsip dapat didefinisikan sebagai suatu pernyataan
fundamental atau kebenaran umum yang merupakan sebuah pedoman untuk berpikir
atau bertindak. Prinsip merupakan dasar, namun tidak bersifat mutlak karena
prinsip bukanlah umum. Dalam hubungannya dengan manajemen prinsip-prinsip
bersifat fleksibel dalam arti bahwa perlu di pertimbangkan sesuai dengan
kondisi-kondisi khusus dan situasi-situasi yang berubah.
Prinsip-prinsip
umum manajemen (general principle of management) teridiri dari:
Pembagian
kerja (Division of work)
Pembagian kerja harus disesuaikan dengan kemampuan dan
keahlian sehingga pelaksanaan kerja berjalan efektif. Oleh karena itu, dalam
penempatan karyawan harus menggunakan prinsip the right man in the right
place. Pembagian kerja harus rasional/objektif, bukan emosional subyektif yang didasarkan atas
dasar like and dislike.
Dengan adanya prinsip the right man in the right place
akan memberikan jaminan terhadap kestabilan, kelancaran dan efesiensi kerja. Pembagian kerja yang baik
merupakan kunci bagi penyelengaraan kerja. kecerobohan dalam pembagian kerja
akan berpengaruh kurang baik dan mungkin menimbulkan kegagalan dalam
penyelenggaraan pekerjaan, oleh karena itu, seorang manajer yang berpengalaman
akan menempatkan pembagian kerja sebagai prinsip utama yang akan menjadi titik
tolak bagi prinsip-prinsip lainnya.
Wewenang
dan tanggung jawab (Authority and responsibility)
Setiap karyawan dilengkapi dengan wewenang untuk melakukan pekerjaan dan
setiap wewenang melekat atau diikuti pertanggungjawaban. Wewenang dan tanggung
jawab harus seimbang. Setiap pekerjaan harus dapat memberikan
pertanggungjawaban yang sesuai dengan wewenang. Oleh karena itu, makin kecil
wewenang makin kecil pula pertanggungjawaban demikian pula sebaliknya.
Tanggung jawab terbesar terletak pada manajer puncak.
Kegagalan suatu usaha bukan terletak pada karyawan, tetapi terletak pada puncak
pimpinannya karena yang mempunyai wewemang terbesar adalah manajer puncak. oleh
karena itu, apabila manajer puncak tidak mempunyai keahlian dan kepemimpinan,
maka wewenang yang ada padanya merupakan bumerang.
Disiplin
(Discipline)
Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap
pekerjaan yang menjadi tanggung jawab. Disiplin ini berhubungan erat dengan
wewenang. Apabila wewenang tidak berjalan dengan semestinya, maka disiplin akan
hilang. Oleh karena ini, pemegang wewenang harus dapat menanamkan disiplin
terhadap disrinya sendiri sehingga mempunyai tanggung jawab terhadap pekerajaan
sesuai dengan weweanng yang ada padanya.
Kesatuan
perintah (Unity of command)
Dalam melakasanakan pekerjaan, karyawan harus memperhatikan
prinsip kesatuan perintah sehingga pelaksanaan kerja dapat dijalankan dengan
baik. Karyawan harus tahu kepada siapa ia harus bertanggung jawab sesui dengan
wewenang yang diperolehnya. Perintah yang datang dari manajer lain kepada serorang
karyawan akan merusak jalannya wewenang dan tanggung jawab serta pembagian
kerja.
Kesatuan
pengarahan (Unity of direction)
Dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawabnya,
karyawan perlu diarahkan menuju sasarannya. Kesatuan pengarahan bertalian erat
dengan pembagian kerja. Kesatuan pengarahan tergantung pula terhadap kesatuan
perintah. Dalam pelaksanaan kerja bisa saja terjadi adanya dua perintah
sehingga menimbulkan arah yang berlawanan. Oleh karena itu, perlu alur yang
jelas dari mana karyawan mendapat wewenang untuk pmelaksanakan pekerjaan dan
kepada siapa ia harus mengetahui batas wewenang dan tanggung jawabnya agar
tidak terjadi kesalahan. Pelaksanaan kesatuan pengarahan (unity of directiion)
tidak dapat terlepas dari pembaguan kerja, wewenang dan tanggung jawab,
disiplin, serta kesatuan perintah.
Mengutamakan
kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri
Setiap karyawan harus mengabdikan kepentingan sendiri kepada
kepentingan organisasi. Hal semacam itu merupakan suatu syarat yang sangat
penting agar setiap kegiatan berjalan dengan loancar sehingga tujuan dapat
tercapai dengan baik
Setian karyawan dapat mengabdikan kepentingan pribadi kepada
kepentingan organisasi apabila memiliki kesadaran bahwa kepentingan pribadi
sebenarnya tergantung kepada berhasil-tidaknya kepentingan organisasi. Prinsip
pengabdian kepentingan pribadi kepada kepentingan orgabisasi dapat terwujud,
apanila setiap karyawan merasa senang dalam bekerja sehingga memiliki disiplin
yang tinggi.
Penggajian
Pegawai
Gaji atau upah bagi karyawan merupakan kompensasi yang
menentukan terwujudnya kelancaran dalam bekerja. Karyawan yang diliputi
perasaan cemas dan kekurangan akan sulit berkonsentrasi terhadap tugas dan
kewajibannya sehingga dapat mengakibatkan ketidaksempurnaan dalam bekerja. Oleh
karena itu, dalam prinsip penggajian haris dipikirkan bagaimana agar karyawan
dapat bekerja dengan tenang. Sistem penggajian harus diperhitungkan agar
menimbuulkan kedisiplinan dan kegairahan kerja sehingga karyawan berkompetisi untuk
membuat prestasi yang lebih besar. Prinsip more pay for more prestige
(upaya lebih untuk prestasi lebih), dan prinsip upah sama untuk prestasi yang
sama perlu diterapkan sebab apabila ada perbedaan akan menimbulkan kelesuan
dalam bekerja dan mungkin akan menimbulkan tindakan tidak disiplin.
Pemusatan
(Centralization)
Pemusatan wewenang akan menimbulkan pemusatan tanggung jawab
dalam suatu kegiatan. Tanggung jawab terakhir terletak ada orang yang memegang
wewenang tertinggi atau manajer puncak. Pemusatan bukan berarti adanya
kekuasaan untuk menggunakan wewenang, melainkan untuk menghindari
kesimpangsiurang wewenang dan tanggung jawab. Pemusatan wewenang ini juga tidak
menghilangkan asas pelimpahan wewenang (delegation of authority)
Hirarki
(tingkatan)
Pembagian kerja menimbulkan adanya atasan dan bawahan. Bila
pembagian kerja ini mencakup area yang cukup luas akan menimbulkan hirarki.
Hirarki diukur dari wewenang terbesar yang berada pada manajer puncak dan
seterusnya berurutan ke bawah. dengan adanya hirarki ini, maka setiap karyawan
akan mengetahui kepada siapa ia harus bertanggung jawab dan dari siapa ia
mendapat perintah.
Ketertiban
(Order)
Ketertiban dalam melaksanakan pekerjaan merupakan syarat
utama karena pada dasarnya tidak ada orang yang bisa bekerja dalam keadaan kacau atau tegang. Ketertiban dalam suatu pekerjaan dapat terwujud apabila
seluruh karyawan, baik atasan maupun bawahan mempunyai disiplin yang tinggi.
Oleh karena itu, ketertiban dan disiplin sangat dibutuhkan dalam mencapai
tujuan.
Keadilan
dan kejujuran
Keadilan dan kejujuran merupakan salah satu syarat untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Keadilan dan kejujuran terkait dengan moral karyawan dan tidak dapat dipisahkan. Keadilan dan kejujuran
harus ditegakkan mulai dari atasan karena atasan memiliki wewenang yang paling
besar. Manajer yang adil dan jujur akan menggunakan wewenangnya dengan
sebaik-baiknya untuk melakukan keadilan dan kejujuran pada bawahannya.
Stabilitas
kondisi karyawan
Dalam setiap kegiatan kestabilan karyawan harus dijaga
sebaik-baiknya agar segala pekerjaan berjalan dengan lancar. Kestabilan
karyawan terwujud karena adanya disiplin kerja yang baik dan adanya ketertiban
dalam kegiatan.
Manusia sebagai makhluk sosial yang berbudaya memiliki keinginan, perasaan dan
pikiran. Apabila keinginannya tidak terpenuhi, perasaan tertekan dan pikiran
yang kacau akan menimbulkan goncangan dalam bekerja.
Prakarsa
(Inisiative)
Prakarsa timbul dari dalam diri seseorang yang menggunakan
daya pikir. Prakarsa menimbulkan kehendak untuk mewujudkan suatu yang berguna
bagi penyelesaian pekerjaan dengan sebaik-beiknya. Jadi dalam prakarsa
terhimpun kehendak, perasaan, pikiran, keahlian dan pengalaman seseorang. Oleh
karena itu, setiap prakarsa yang datang dari karyawan harus dihargai. Prakarsa
(inisiatif) mengandung arti menghargai orang lain, karena itu hakikatnya
manusia butuh penghargaan. Setiap penolakan terhadap prakarsa karyawan
merupakan salah satu langkah untuk menolak gairah kerja. Oleh karena itu,
seorang manajer yang bijak akan menerima dengan senang hari prakarsa-prakarsa
yang dilahirkan karyawannya.
Semangat
Kesatuan, Semangat Korp
Setiap karyawan harus memiliki rasa kesatuan, yaitu rasa
senasib sepenanggyungan sehingga menimbulkan semangat kerja sama yang baik.
semangat kesatuan akan lahir apabila setiap karyawan mempunyai kesadaran bahwa
setiap karyawan berarti bagi karyawan lain dan karyawan lain sangat dibutuhkan
oleh dirinya. Manajer yang memiliki kepemimpinan akan mampu melahirkan semangat
kesatuan (esprit de corp), sedangkan manajer yang suka memaksa dengan
cara-cara yang kasar akan melahirkan friction de corp (perpecahan dalam
korp) dan membawa bencana.
Fungsi manajemen
Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu
ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh
manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan.
Perencanaan
(Planning)
Kegiatan seorang manajer adalah menyusun rencana. Menyusun
rencana berarti memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang
dimiliki. Agar dapat membuat rencana secara teratur dan logis, sebelumnya harus
ada keputusan terlebih dahulu sebagai petunjuk langkah-langkah selanjutnya.
Pengorganisian
(Organizing)
Pengorganisasian atau organizing berarti menciptakan
suatu struktur dengan bagian-bagian yang terintegrasi sedemikian rupa sehingga
hubungan antarbagian-bagian satu sama lain dipengaruhi oleh hubungan mereka
dengan keseluruhan struktur tersebut.
Pengorganisasian bertujuan membagi suatu kegiatan besar
menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Selain itu, mempermudah manajer
dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk
melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut.
Menggerakkan
(Actuating)
Menggerakkan atau Actuating adalah suatu tindakan untuk
mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai
dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi. Jadi actuating
artinya adalah menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau
penuh kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang dikehendaki
secara efektif. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah kepemimpinan (leadership).
Pengawasan
(Controling)
Pengawasan merupakan tindakan seorang manajer untuk menilai
dan mengendalikan jalannya suatu kegiatan yang mengarah demi tercapainya tujuan
yang telah ditetapkan.
2.5 Sarana
Manajemen
Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan
alat-alat sarana (tools). Toolsmen, money, materials, machines,
method, dan markets. merupakan syarat suatu usaha untuk mencapai hasil yang
ditetapkan. Tools tersebut dikenal dengan 6M, yaitu
Man (SDM)
Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang membuat tujuan
dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia
tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja. Oleh
karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-orang yang berkerja sama untuk
mencapai tujuan.
Money (uang)
Uang merupakan salah satu unsur yang
tidak dapat diabaikan. Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai.
Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan alat (tools) yang
penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara
rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan
untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli
serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi.
Materials (bahan)
Materi terdiri dari bahan setengah jadi (raw material)
dan bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain
manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan
bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan manusia tidaki
dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.
Machines (mesin)
Dalam kegiatan perusahaan, mesin sangat diperlukan.
Penggunaan mesin akan membawa kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang
lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja.
Methods (metode)
Dalam pelaksanaan kerja diperlukan metode-metode kerja.
Suatu tata cara kerja yang baik akan memperlancar jalannya pekerjaan. Sebuah
metode daat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas
dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran,
fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan
usaha. Perlu diingat meskipun metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya
tidak mengerti atau tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan
memuaskan. Dengan demikian, peranan utama dalam manajemen tetap manusianya
sendiri.
Market (pasar)
Memasarkan produk sudah barang tentu sangat penting sebab
bila barang yang diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang akan
berhenti. Artinya, proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu,
penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil
produksi merupakan
faktor menentukan dalam perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai maka kualitas dan
harga barang harus sesuai dengan selera konsumen dan daya beli (kemampuan)
konsumen.
2.5 Aliran
Manajemen
1. Teori
Manajemen Klasik
Pada permulaan tahun 1800 an Robert Owen, seorang manajer beberapa pabrik pemintalan kapas di New Lanark Skotlandia, menekankan pentingnya
unsur manusia dalam produksi. Dia membuat perbaikan-perbaikan dalam kondisi
kerja, seperti pengurangan hari kerja standar, pembatasan anak-anakdi bawah
umur yang bekerja, membangun perumahan yang lebih baik bagi karyawandan
mengoperasikan toko perusahaan yang menjual barang-barang dengan murah.Dia
mengemukakan bahwa melalui perbaikan kondisi karyawanlah yang akanmenaikan
produksi dan keuntungan (laba), dan investasi yang paling menguntungkanadalah
pada karyawan atau “vital machines”. Disamping itu Owen mengembangkan sejumlah prosedur kerja yang juga memungkinkan
peningkatanproduktivitas. Charles Babbage
(1792 – 1871). Charles Babbage,
seorang professor matematika dariInggris, mencurahkan banyak waktunya untuk
membuat operasi-operasi pabrik menjadi lebih efisien. Babbage adalah penganjur pertama prinsip pembagian kerja melalui
spesialisasi. Setiap tenaga kerja harus diberi latihan keterampilan yang sesuai
dengan setiapoperasi pabrik.
2. Manajemen ilmiah
Manajemen Ilmiah mula-mula dikembangkan oleh Frederick Winslow Taylor sekitar tahun
1900an. Karena karyanya tersebut, Taylor
disebut sebagai “bapak manajemen Ilmiah”. Taylor
telah memberikan prinsip-prinsip dasar (filsafat) penerapan pendekatan ilmiah
pada manajemen, dan mengembangkan sejumlah teknik-tekniknya untuk mencapai
efisiensi. Kemudian pada tahun 1868–1924 dan 1878–1972 pasangan suami
istri Frank dan Lillian Gilberth memberikan kontributornya, Frank Gilberth, seorang pelopor
pengembangan studi gerak dan waktu, menciptakan berbagai teknik manajemen yang
diilhami Taylor. Sedangkan Lillian Gilberth lebih tertarik pada
aspek-aspek manusia dalam kerja, seperti seleksi, penempatan dan latihan
personalia. Dia mengemukakan gagasannya dalam bukunya yang berjudul The Psychology of Management. Baginya,
manajemen ilmiah mempunyai satu tujuan akhir : membantupara karyawan mencapai
seluruh potensinya sebagai mahluk hidup. Pada tahun 1861 –1919 Henry L. Gantt mengemukakan
gagasan-gagasan:
(1)
kerjasama yang saling menguntungkan antara tenaga kerja dan manajemen,
(2)
seleksi ilmiah tenaga kerja,
(3)
sistem insentif (bonus) untukmerangsang produktivitas,
(4)
penggunaan instruksi-instruksi kerja yang terperinci.
Tahun 1853–1931 Harrington
Emerson datang dengan mengemukakan 12 prinsip-prinsip efisiensi yang sangat
terkenal.
3. Teori Organisasi Klasik
Henry Fayol seorang industrialis perancis
(1841 –1925), mengemukakan teori danteknik-teknik administrasi sebagai pedoman
bagi pengelolaan organisasi-organisasi yang kompleks dalam bukunya yang
terkenal, Administration Industrielle et
Generale (Administrasi Industri dan umum). Fayol membagi operasi-operasi perusahaan menjadi enam kegiatan,
yang semuanyasaling tergantung satu dengan yang lainnya. Kegiatan-kegiatan
tersebut adalah :
(1) teknik – produksi dan manufacturing produk,
(2) komersial–pembelian bahan bakudan penjualan
produk,
(3) keuangan (finansial)-perolehan dan penggunaan
modal,
(4) keamanan –perlindungan karyawan dan kekayaan,
(5) akuntansi–pelaporan dan pencatatan biaya, laba
dan hutang, pembuatan neraca, dan pengumpulan datastatistic,
(6) manajerial.
4. Aliran Hubungan Manusiawi
Aliran hubungan manusiawi (perilaku manusia atau neoklasik)
muncul karena ketidakpuasan bahwa yang dikemukakan pendekatan klasik tidak
sepenuhnya menghasilkan efisiensi produksi dan keharmonisan kerja. Beberapa
ahli mencoba melengkapi teoriorganisasi klasik dengan pandangan sosiologi dan
psikologi. Hugo Munsterberg (1863
–1916) dan Mayo (1880 –1949)
merupakan dua tokoh yang memberikan kontributornya dalam aliran ini.
5. Aliran Manajemen Modern
Masa manajemen modern berkembang melalui dua jalur yang
berbeda. Jalurpertama merupakan pengembangan dari aliran hubungan manusiawi
yang dikenalsebagai perilaku organisasi, dan yang lain di bangun atas dasar
manajemen ilmiah,dikenal dengan aliran kuantitatif.