1
PENGERTIAN RISIKO DAN TINGKAT PENGEMBALIAN
Risiko
dapat dikatakan sebagai suatu peluang terjadinya kerugian atau kehancuran.
Lebih luas, risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya hasil yang
tidak diinginkan atau berlawanan dari yang diinginkan. Dalam industri keuangan
pada umumnya, terdapat suatu jargon “high risk bring about high return”,
artinya jika ingin memperoleh hasil yang lebih besar, akan dihadapkan pada
risiko yang lebih besar pula. Contohnya dalam investasi saham. Volatilitas atau
pergerakan naik-turun harga saham secara tajam akan membuka peluang untuk
memperoleh hasil yang lebih besar, namun sebaliknya, jika harga bergerak ke
arah yang berlawanan, maka kerugian yang akan ditanggung sangat besar.
Sedangkan
pengembalian adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan, individu dan
institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukan.
Jadi,
risiko dan tingkat pengembalian adalah kondisi yang dialami oleh perusahaan,
institusi, dan individu dalam keputusan investasi yaitu, baik kerugian maupun
keuntungan dalam suatu periode akuntansi.
Adapun hubungan antara risiko
dengan tingkat pengembalian adalah:
1.
bersifat linear atau searah
2.
Semakin tinggi tingkat pengembalian maka semakin tinggi pula risiko
3.
Semakin besar asset yang kita tempatkan dalam keputusan investasi maka semakin
besar pula risiko yang timbul dari investasi tersebut.
4.
Kondisi linear hanya mungkin terjadi pada pasar yang bersifat normal.
2 HUBUNGAN
KARAKTERISTIK DENGAN RISIKO DAN TINGKAT PENGEMBALIAN
Menurut
Paul L. Krugman dan Maurice Obstfeld, bahwa pada kenyataanya, seorang investor
yang netral terhadap risiko cenderung mengambil posisi agresif maksimum. Ia
akan membeli sebanyak mungkin aset yang menjanjikan hasil tinggi dan menjual
sebanyak mungkin aset yang hasilnya lebih rendah. Perilaku inilah yang
menciptakan kondisi paritas suku bunga. Adapun karakteristik tersebut secara
umum dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
1.
Takut pada risiko (RISK AVOIDER)
Karakteristik
ini di mana sang decision maker sangat hati-hati terhadap keputusan yang
diambilnya bahkan ia cenderung begitu tinggi melakukan tindakan yang sifatnya
mengindari risiko yang akan timbul jika keputusan diaplikasikan. Karakter
pebisnis yang melakukan tindakan seperti ini disebut dengan safety player.
2.
Hati-hati pada risiko (RISK INDIFFERENCE)
Karakteristik
ini di mana sang decision maker sangat hati-hati atau begitu menghitung
terhadap segala dampak yang akan terjadi jika keputusan diaplikasikan. Bagi
kalangan bisnis, mereka menyebut orang dengan karakter seperti ini secara
ekstrem disebut sebagai tipe peragu.
3.
Suka pada risiko (RISK SEEKER atau RISK LOVER)
Karakteristik
ini adalah tipe yang begitu suka pada risiko. Mereka terbiasa dengan spekulasi
dan itu pula yang membuat penganut karakteristik ini selalu saja ingin menjadi
pemimpin dan cenderung tidak ingin menjadi pekerja. Mental risk seeker adalah
mental yang dimiliki oleh pebisnis besar dan juga pemimpin besar. Karakter ini
yang paling mendominasi jika dilihat dari kedekatannya pada risiko
3
TIPE – TIPE RISIKO
a.
Pure Risk (Risiko Murni)
suatu
ketidakpastian terjadi, maka kejadian tersebut pasti menimbulkan kerugian.
Risiko murni dapat dikelompokkan menjadi 3 tipe risiko, yaitu:
- Risiko aset fisik: risiko yang berakibat timbulnya kerugian pada aset fisik suatu perusahaan/organisasi. Contoh: kebakaran, banjir, gempa, tsunami, gunung meletus, dll.
- Risiko Karyawan: risiko yang disebabkan karena apa yang dialami oleh karyawan yang bekerja di suatu perusahaan atau organisasi. Contoh : kecelakaan kerja yang menyebabkan terganggunya aktivitas perusahaan.
- Risiko Legal : risiko dalam bidang kontrak yang mengecewakan atau kontrak tidak berjalan sesuai dengan rencana. Contoh : perselisihan dengan perusahaan lain sehingga adanya persoalan seperti penggantian kerugian.
b.
Speculative Risk (Risiko Spekulatif)
Suatu
ketidakpastian akan terjadinya untung atau rugi. Risiko ini dapat dikelompokkan
menjadi 4 tipe yaitu:
- Risiko Pasar: risiko yang terjadi dari pergerakan harga pasar. Contoh: harga saham mengalami penurunan sehingga menimbulkan kerugian.
- Risiko kredit: risiko yang terjadi karena counter party gagal memenuhi kewajibannya kepada perusahaan. Contoh : timbulnya kredit macet, persentase piutang meningkat.
- Risiko likuiditas: risiko karena ketidakmampuan memenuhi kebutuhan kas. Contoh: kepemilikan kas menurun, sehingga tidak mampu membayar hutang secara tepat, menyebabkan perusahaan harus menjual aset yang dimilikinya.
- Risiko operasional: risiko yang disebabkan pada kegiatan operasional yang tidak berjalan lancar. Contoh: terjadi kerusakan pada komputer karena berbagai hal termasuk terkena virus.
c.
Static Risk (Risiko Statis)
Mungkin
sifatnya murni atau spekulatif asalnya dari masyarakat yang tidak berubah
yang berada dalam keseimbangan stabil. Contoh : ketidakpastian terjadinya
sambaran petir.
d.
Dynamic Risk (Risiko Dinamis)
Mungkin
sifatnya murni atau spekulatif timbul dari perubahan yang terjadi
dalam masyarakat. Contoh : urbanisasi, perkembangan teknologi.
e.
Subjective Risk (Risiko Subyektif)
Berkaitan
dengan kondisi mental seseorang yang mengalami keragu-raguan dan kecemasan akan
terjadinya kejadian tertentu.
f.
Objective Risk (Risiko Obyektif)
probabilitas
penyimpangan aktual dari yang diharapkan sesuai dengan pengalaman.
4
SUMBER – SUMBER RISIKO
Menurut Eduardus Tandelilin,
sumber-sumber risiko adalah :
- Risiko suku bunga. Naik turunnya suku bunga perbankan akan mempengaruhi keputusan publik dalam menetapkan keputusannya. Jika suku bunga naik maka publik akan menyimpan dananya di bank seperti dalam bentuk deposito, namun jika turun maka publik akan menggunakan dananya untuk membeli saham.
- Risiko pasar. Kondisi risiko pasar dapat dilihat pada saat fluktuasi pasar, krisis moneter, dan resesi ekonomi.
- Risiko Inflasi. Saat inflasi daya beli masyarakat turun, sedangkan saat normal daya beli masyarakat naik.
- Risiko Bisnis.
- Risiko Finansial.
- Risiko Likuiditas.
- Risiko Nilai tukar mata uang
- Risiko Negara. Berkaitan dengan keadaan politik
Sekedar
informasi bahwa risiko yang terkecil itu adalah obligasi (bond) yang dijual
oleh pemerintah. Sedangkan risiko yang tertinggi adalah saham yang dijual oleh
perusahaan. Ada model perhitungan risiko yang paling sering dipergunakan
khususnya dalam investasi, yaitu secara standar deviasi dan varian. Untuk
melengkapi perhitungan ini agar lebih komprehensif, terutama jika timbul suatu
persoalan seperti penyebaran return yang diharapkan sangat besar, maka
dipergunakan perhitungan tambahan dengan menggunakan coefficient of variation
atau risiko relatif.
- Standar deviasi atau simpangan baku adalah suatu estimasi probabilitas perbedaan return nyata dari return yang diharapkan.
- Varian (nilai kuadrat dari standar deviasi) adalah :
- Dalam statistik, varian adalah ukuran penyerapan dari penyebaran probabilitas. Hal ini merupakan pangkat dua deviasi standar. Misalnya, bila standar deviasinya 20, maka variannya adalah 400.
- Selisih pendapatan, biaya, dan keuntungan terhadap jumlah yang direncanakan. Varian dihitung pada pusat pertanggungjawaban, penganalisisan. Dan varian yang tidak menguntungkan, diselidiki untuk mencari kemungkinan perbaikan.
Perhitungan Expected Retun Pada Sekuritas
Untuk
menghitung return yang diharapkan dari suatu sekuritas yang harus dipahami oleh
seorang investor adalah dengan memahami probabilitas dari kejadian yang akan
terjadi.
7 MODEL
YANG DI GUNAKAN DALAM RISIKO DAN TINGKAT
PENGEMBALIAN
i.
CAPM (Capital Asset Pricing Model)
Menurut William F. Sharpe, CAPM atau model penentuan harga aset modal
adalah model penetapan harga aktiva equilibrium yang menyatakan bahwa expected
return atas sekuritas tertentu adalah fungsi linier positif dari sensitifitas
sekuritas terhadap perubahan return portofolio. CAPM menjelaskan hubungan
antara return dengan beta (β). Beta menunjukkan hubungan (gerakan)
antara saham dan pasarnya (saham secara keseluruhan).Besarnya risiko perusahaan
ditentukan oleh beta.
β>1 menunjukkan harga saham perusahaan lebih mudah berubah dibandingkan
indeks pasar. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi saham menjadi lebih berisiko,
artinya jika saat terjadi perubahan pasar 1% maka pada saham X akan mengalami
perubahan lebih besar dari 1%.
β<1 menunjukkan tidak terjadinya kondisi yang mudah berubah berdasarkan
kondisi pasar.
β=1 menunjukkan bahwa kondisinya sama dengan indeks pasar.
ii. APT ( Arbitrage Pricing Theory)
APT
merupakan teori yang dikembangkan oleh Stephen A. Ross pada tahun 1976 dimana
beliau menyatakan bahwa harga suatu aktiva bisa dipengaruhi oleh berbagai
faktor.
8 PENGAMBILAN
KEPUTUSAN DALAM BERBAGAI KONDISI
Tindak
lanjut dalam bidang investasi yang terpenting adalah pengambilan keputusan (decision
making). Ada berbagai kondisi yang sering muncul dalam pengambilan
keputusan namun secara umum dapat dibagi menjadi tiga saja, yaitu:
1)
Kondisi pasti
Dalam
kondisi pasti proses pengambilan keputusan yang dilakukan adalah berlangsung tanpa
ada banyak alternatif, keputusan yang diambil sudah jelas pada fokus yang
dituju. Ada beberapa teknik yang bisa dipergunakan sebagai penyelesaian
pengambilan keputusan dalam kondisi pasti ini, yaitu menggunakan program linier
atau secara aljabar linier, dan analisis jaringan kerja.
2)
Kondisi Tidak Pasti
Pada
kondisi seperti ini proses lahirnya keputusan lebih sulit atau lebih kompleks
dalam artian keputusan yang dibuat belum diketahui nilai probabilitas atau
hasil yang mungkin diperoleh. Situasi seperti ini dimungkinkan sekali terjadi
dikarenakan minimnya informasi yang diperoleh baik informasi yang
sifatnya hasil penelitian maupun rekomendasi lisan yang bisa dipercaya. Untuk
menghindari timbulnya masalah dalam situasi yang tidak pasti seperti ini adalah
sebaiknya melakukan riset terlebih dahulu, mencari informasi sebanyak mungkin
dan mempergunakan beberapa metode pengambilan keputusan yang paling sesuai
dengan setiap kondisi masalah yang mungkin timbul. Hal ini dapat
menggunakan:
- metode laplace → proses pengambilan keputusan dengan asumsi bahwa probabilitas terjadinya berbagai kondisi adalah sama besarnya.
- Metode maximax → proses pengambilan keputusan dengan hanya mengutamakan hasil yang paling optimistik dan mengabaikan sisi lain yang mungkin terjadi.